“Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia” Demikian pernyataan Nelson R. Mandela, seorang revolusioner asal Afrika Selatan.
Dan untuk mengubah dunia, perubahan harus dimulai dalam diri sendiri dan keluarga. Hal inilah yang menjadi pergumulan seorang Cleaning Service (CS) yang telah menghabiskan sebagian besar hidupnya mengabdi di Universitas Nusa Cendana. Ia adalah Eduardus Kamlasi (58) atau yang akrab disapa Om Edu.
Betapa tidak, tanggal 27 Februari 2023 lalu, ketika menemui Tim Humas Undana di Gedung ICT Center, Om Edu menceritakan sekaligus memberitahukan bahwa anak sulungnya, Yulius Kamlasi akhirnya bisa menyelesaikan studi dan diwisuda menjadi Sarjana Sains (S.Si) pada Prodi Fisika Fakultas Sains dan Teknik Undana.
Dan benar tanggal 28 Februari 2023 lalu, ketika Undana melepas sebanyak 2065 wisudawan, salah satunya adalah anak Om Edu, Yulius Kamlasi, S.Si
Meski harus menghadapi kondisi sulit, tetapi Om Edu mengaku semuanya hanya karena kemurahan Tuhan semata. “Dalam hati saya, saya merasa jalan hidup saya sangat lemah (sulit). Tetapi satu yang pasti bahwa Tuhan Yesus selalu menolong saya. Jadi saya merasa bersyukur kepada Tuhan, akhirnya anak saya bisa jadi Sarjana,” ungkap CS yang telah bekerja 38 tahun di Undana ini.
Keberhasilan anaknya juga, kata Om Edu, tidak terlepas dari dukungan orang-orang di sekitarnya, termasuk tempat di mana ia bekerja. “Saya merasa bersyukur karena bisa bekerja di Undana. Meski awal masuk itu gaji saya pas-pasan tetapi saya tetap berjuang, didukung oleh istri di rumah, maka saya tetap ingin agar pendidikan anak saya harus lebih baik dari saya. Ini demi anak saya jadi Sarjana,” ujar ayah 6 orang anak ini.
Om Edu mengaku, perjuangannya belum berakhir, karena selain Yulius, anak keduanya pun kini sedang melanjutkan jenjang pendidikan S-1, dan kini sudah berada pada semester 8 Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Undana.
Om Edu bercerita bahwa selama belasan tahun bekerja, kala itu dirinya dan beberapa rekannya belum mengantongi SK Kontrak. Meski demikian, ia tetap sabar dan terus bekerja. “Baru pada tahun 2008, di masa kepemimpinan Rektor Prof. Umu Datta, saya dan teman-teman lain dapat SK Kontrak, sehingga saya sangat berterima kasih kepada Undana, kepada pimpinan Undana maupun unit di mana saya bekerja saat ini,” ujarnya.
“Selain gaji yang saya terima, istri saya juga bantu jual sayur dan kue di rumah. Untuk antisipasi biaya registrasi anak, saya sering simpan Rp 50-100 ribu untuk keperluan itu,” sambungnya.
Cara lain yang diambil Om Edu adalah melakukan pinjaman Bank hingga Koperasi untuk biaya pendidikan anak-anak.
CS pada UPT Bahasa ini menambahkan bahwa awal masuk Undana dirinya hanya bermodalkan ijazah SMP. Namun ia tetap bekerja dengan rajin dan tekun agar tetap dipercayakan pimpinan. “Sebagai Cleaning Service, saya selalu masuk lebih pagi. Kalau sekarang saya bekerja di UPT Pusat Bahasa, sehingga kalau ada kursus Bahasa Inggris, saya kerap pulang sampai jam 9 malam,” ceritanya.
“Itulah pekerjaan saya, dan saya bertanggungjawab agar anak-anak saya bisa sekolah,” sambung Om Edu.
Dirinya menyampaikan bahwa saat ini dua orang anaknya pun telah menamatkan pendidikan jenjang SMA, dan besar harapannya agar dapat melanjutkan pendidikan mereka. Namun, Om Edu mengaku dirinya belum mampu secara finansial, sehingga mereka harus mengurungkan niat untuk bisa melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi.
“Anak saya Dominikus sudah tamat dua tahun lalu, sedangkan Yeremias setahun yang lalu, mereka dua tunggu kakak-kakaknya selesai kuliah, baru bisa lanjut pendidikan, karena kondisi (ekonomi) saya belum bisa,” ujarnya.
Oleh karena itu, Om Edu berharap, anak sulungnya bisa segera mendapat pekerjaan agar bisa meringankan beban hidup keluarganya, termasuk melanjutkan pendidikan dua orang anaknya. “Kalau Julia dan Anastasia masih duduk di bangku SD, saya harap kakak-kakaknya setelah sekolah bisa dapat kerja sehingga bisa bantu biayai pendidikan mereka,” pungkas Om Edu. (rfl)
Recent Comments